Tidak Bisa vs Belum Bisa : Bisa Menentukan Diterima atau Tidak


Walau berbau filosofis, tetapi "tidak bisa" dan "belum bisa" ternyata dapat memberikan gambaran tentang karakter seseorang. Berhati-hati menggunakannya terutama ketika sedang menghadapi wawancara kerja.

Banyak pelamar kerja tidak menyadari ketika mereka ditanya tentang bisa tidaknya mereka melakukan sesuatu, bahwa pewawancara mereka akan menilai secara keseluruhan tentang dirinya. Kebanyakan pewawancara akan sangat memperhatikan hal-hal kecil, seperti jawaban terhadap pertanyaan sederhana, tangan yang tidak mau diam, posisi duduk, hingga cara pelamar bicara.

Biasanya dengan melihat hal-hal kecil tersebut, sang pewawancara akan bisa memahami sikap dan karakter sang pelamar. Barulah setelah itu mereka akan membuatkan semacam profiling yang berisikan penilaian total terhadap sang pelamar kerja.


Tidak jarang penilaian menjadi rendah karena ketika sang pelamar ditanya apakah bisa melakukan "sesuatu", jawabannya adalah "tidak bisa".

Mengapa "tidak bisa" menjatuhkan penilaian?

Meski terlihat sama, kenyataannya "tidak bisa" atau "belum bisa" memberikan kesan yang berbeda.

Pada "tidak bisa", tercermin sebuah jawaban final bahwa sang pelamar tidak memiliki kemampuan melakukan pekerjaan yang diminta dan "tidak akan mau belajar atau mencoba".

Di lain hal, "belum bisa" memberikan efek yang lebih soft alias lembut. Memang kenyataannya ia pun tidak memiliki kemampuan melakukan, tetapi secara langsung ia mengutarakan kesediaannya untuk belajar dan mencoba.

Dalam sebuah persaingan dimana para pelamar memiliki kemampuan yang sama dan seimbang, pewawancara biasanya akan mempertimbangkan karakter sang pelamar. Dalam hal ini seorang pelamar yang menjawab dengan "belum bisa" berpeluang lebih dibandingkan yang merespon dengan "tidak bisa".



Belum ada Komentar untuk "Tidak Bisa vs Belum Bisa : Bisa Menentukan Diterima atau Tidak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel