Setiap Orang Memiliki Kekuatan dan Kelemahan Sekaligus
Tidak perlu diperdebatkan panjang lebar. Terimalah saja hal ini sebagai fakta dan hal itu bisa menghindarkan diri dari diskusi panjang lebar yang tidak jelas ujung pangkalnya.
Itu adalah kodrat dari manusia dimana akan selalu ada kedua unsur tersebut di dalam diri seseorang.
Seorang atlet angkat besi bisa saja mengangkat beban yang 2 atau 3 kali berat badannya. Ia akan dipandang kuat oleh banyak orang. Tetapi, belum tentu ia akan dapat bertahan tidak menangis ketika orang yang disayanginya, seperti ibu, kakak, adik, atau anaknya meninggal dunia. Haruskah ia dianggap lemah karena berurai airmata?
Seorang wanita, jarang yang bisa mengangkat karung seberat 100 kilogram, tetapi ia mampu menahan rasa sakit ketika melahirkan seorang bayi ke dunia. Haruskah kita tetap menyebutnya lemah, atau kuat?
Kenyataannya kata kuat dan lemah adalah kumpulan dari asumsi manusia-manusia lain yang mungkin hanya melihat sesaat dalam kehidupan seseorang saja. Bisa jadi mereka hanya melihat sang lifter mengangkat barbel di televisi, tetapi tidak menyaksikan keseharian. Bisa juga masyarakat hanya melihat saat si wanita gagal mengangkat karung tersebut, tetapi tentu tidak akan melihat saat ia melahirkan.
Kesimpulan-kesimpulan dan asumsi-asumsi berdasarkan data yang tidak lengkap itulah yang kemudian membuat mereka memberikan label bahwa seseorang itu KUAT atau LEMAH.
Mereka hanya melihat salah satu bagian saja dari orang lain dan jarang yang bisa melihat secara keseluruhan.
Oleh karena itu, janganlah pernah terlalu terpengaruh dengan apa yang dikatakan orang lain. Tidak ada orang lain yang mengetahui tentang diri kita sebaik diri kita mengenal dan memahami diri kita sendiri.
Bukan begitu?
Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahan sekaligusJadi, tidak ada orang yang kuat dalam semua hal, sekaligus juga tidak ada orang yang selalu lemah. Kedua unsur itu ada di dalam diri seorang manusia.
Itu adalah kodrat dari manusia dimana akan selalu ada kedua unsur tersebut di dalam diri seseorang.
Seorang atlet angkat besi bisa saja mengangkat beban yang 2 atau 3 kali berat badannya. Ia akan dipandang kuat oleh banyak orang. Tetapi, belum tentu ia akan dapat bertahan tidak menangis ketika orang yang disayanginya, seperti ibu, kakak, adik, atau anaknya meninggal dunia. Haruskah ia dianggap lemah karena berurai airmata?
Seorang wanita, jarang yang bisa mengangkat karung seberat 100 kilogram, tetapi ia mampu menahan rasa sakit ketika melahirkan seorang bayi ke dunia. Haruskah kita tetap menyebutnya lemah, atau kuat?
Kenyataannya kata kuat dan lemah adalah kumpulan dari asumsi manusia-manusia lain yang mungkin hanya melihat sesaat dalam kehidupan seseorang saja. Bisa jadi mereka hanya melihat sang lifter mengangkat barbel di televisi, tetapi tidak menyaksikan keseharian. Bisa juga masyarakat hanya melihat saat si wanita gagal mengangkat karung tersebut, tetapi tentu tidak akan melihat saat ia melahirkan.
Kesimpulan-kesimpulan dan asumsi-asumsi berdasarkan data yang tidak lengkap itulah yang kemudian membuat mereka memberikan label bahwa seseorang itu KUAT atau LEMAH.
Mereka hanya melihat salah satu bagian saja dari orang lain dan jarang yang bisa melihat secara keseluruhan.
Oleh karena itu, janganlah pernah terlalu terpengaruh dengan apa yang dikatakan orang lain. Tidak ada orang lain yang mengetahui tentang diri kita sebaik diri kita mengenal dan memahami diri kita sendiri.
Bukan begitu?
Belum ada Komentar untuk "Setiap Orang Memiliki Kekuatan dan Kelemahan Sekaligus"
Posting Komentar